EDISINEWS.ID | JAKARTA – Tak kuasa membendung keresahan atas sering hilangnya jaring-jaring para nelayan di Muara Angke, Komunitas Tradisional meminta kepada pemerintah dan stakeholder untuk melakukan pengecekan dilokasi tersebut.
Seperti disampaikan oleh Ketua Komunitas Nelayan, H. Diding Setiawan yang meminta perhatian kepada pemerintah khususnya dinas dan kementerian perikanan untuk mengecek langsung wilayah yang dimaksud.
“Saya berharap dari pemerintah untuk memperhatikan nelayan-nelayan tradisional yang ada di Muara Angke yang selama ini selalu kehilangan jaring-jaringnya. Dinas Perikanan ada Menteri Kelautan coba sekali -kali datang ke muara Angke. yang terbesar Rajungan dari muara Angke nggak ada apa-apa karena mereka itu pejabat-pejabat di atas nggak pernah ada yang mau turun ke lapangan,” pinta Diding yang juga sebagai tokoh masyarakt di wilayah tersebut.
Diding juga mempertanyakan fungsi atau kinerja Kantor Perwakilan Perusahaan Perdagangan (KP3) dan Polairud. “Saya minta pertanggungjawaban dari pihak-pihak terkait, contoh di sini ada Sabandar ada kp3 ada Polairairud mereka nih sebenarnya kerjanya apa sih, kita sebagai nelayan ini jangan cuma diambil hasilnya ini devisa terbesar loh.” Tegas dia.
Lebih jauh dirinya memaparkan terkait kualitas ekspor rajungan. “Dan Rajungan yang kualitasnya Ekspor kita tetap ekspor tapi mana perhatian dari pemerintah pemerintah tidak pernah ada dari dinas kelautan untuk melayani nelayan tradisional.” Tuturnya.
Dalam keseriusannya membela hak para nelayan Diding juga sempat menyinggung soal pelayanan yang seakan tebang pilih.
“Memang mereka memberikan fee ada, ada bea tapi ini kan semua juga ada diambil hasilnya, ini kan bayar pajak ketika di ekspor bayar juga jadi jangan mengecilkan nelayan yang kecil jadi persoalan itu coba Jangan menutup masalah Lihatlah ke bawah jangan dia lihat kapal-kapal yang besar yang bisa dikutip hasilnya tidak bisa dikuti tapi dari harga mereka bisa bermain dengan harga,” Singgungnya.
Terkait sering hilangnya jaring para nelayan, Diding memiliki dugaan pelaku akan tetapi dirinya tak menyebut identitas pelaku tersebut.
“Saya juga mengetahui tentang kehilangan jaring selama ini salah satu yang tidak saya Sebutkan pelakunya itu pernah tertangkap dan saya kenal dengan anak tersebut, kenal dengan orang tuanya dan kita kasih peringatan, kalau kita seret juga sampai saat ini mereka tetap nggak bisa mengelak dengan saya, tapi saat ini kita kan nggak bisa nih berita yang lalu saya tangkap dikaitkan dengan sekarang takutnya ada pencuri-pencuri lain lagi tapi sampai kapan kalau kita dibiarkan begini tidak ada pengawasan di laut.” Urainya
“Sampai kapan kita akan aman coba satu contoh kita bikin jaring 100 Piece hilang 60 Piece di kali 150. 000 Sudah berapa jadi kita ini harus cari uang lagi dan harus utang lagi sedangkan nelayan itu dengan petani sama garis kehidupannya paling di bawah.” Sambungnya
Terakhir dirinya berkelakar dengan menyinggung para pihak terkait untuk ikut andil dalam menyeladiki kasus sering hilangnya jaring tersebut.
“Tapi ingat pihak-pihak yang terkait tolong turun ke bawah Jangan cuma dengar ABS aja (Asal Bapak Senang -red) saja kan ini sudah bukan zamannya jadi tolonglah lihat lingkungannya Seperti apa nelayan ini di Muara Angke ada 90%. Bahkan saya dari ketua forum komunitas nelayan berapa kali saya selalu bicara tolong tolong ayo kapan kita diskusi Kapan kita rapat ini dan yang bertanggung jawab siapa yang mengawasi siapa.” Tegas Diding
Terkait insiden ini Diding mengajak teman-teman nelayan untuk melaporkan kejadian hilangnya jaring para nelayan tersebut.
“Terakhir saya mengajak teman-teman untuk melapor terkait banyaknya jaring dari teman-teman yang hilang selama bertahun-tahun atau gimana dan apakah ketika nanti ada kejadian baru melaporkan ke ranah hukum.” Pungkasnya.
Keluhan para nelayan ini juga mendapatkan teaksi haru dari ketua Koperasi Sumber Nelayan Hj. Sinih. Dirinya turut prihatin atas musibah yang di alami oleh para nelayan di Muara Angke.
“Sangat sedih karena setiap bulan ada aja kehilangan jaring-jaring dari para nelayan pada saat beraktivitas dan beristirahat para nelayan yang tergabung di koperasi. Iya setiap hari saya di sini harus membantu para nelayan dikarenakan jaring nya pada hilang, untuk itu saya berharap para dinas-dinas terkait untuk memperhatikan para nelayan-nelayan tradisional seperti nelayan Rajungan yang ada di muara Angke ini,” tuturnya.

Dan saya berharap, masih kata Sinih, pemerintah untuk memperhatikan nasib para nelayan yang tergabung di koperasi sumber nelayan yang beranggotakan kurang lebih 200 nelayan Rajungan kami orang kecil yang bisa mengadukan nasibnya kepada siapa.
Ditempat yang sama ditemui salah satu korban nelayan tradisional, Madi yang mengeluhkan atas hilangnya jaring yang dimilikinya.
“Pada malam hari pada tanggal 9 Juli 2024 di tengah laut di kepulauan seribu dan para nelayan juga mengeluhkan atas banyak jaringnya pada hilang pada malam hari pada saat lagi istirahat di kapal, saat kami datang kelokasi jaring sudah tiba-tiba hilang. Dan saya tidak bisa beroperasi lagi karena jaring hilang,” ungkapnya.
“Dan saya mohon kepada semua pihak untuk memperhatikan kami sebagai nelayan Rajungan tradisional dan mohon ditindak lanjuti terkait jaring’jaring kami yang hilang dan supaya kami para nelayan Rajungan tradisional ini tenang dan nyaman.” Pinta Madi
Penulis : Cardi Santoso