Yusuf Susilo Hartono Gelar Pameran Seni Rupa Islami  bersama Perupa Muslim/Muslimah

Seni94 Dilihat
banner 468x60

EDISINEWS.ID | JAKARTA  –  Perupa Yusuf Susilo Hartono (YSH) bersama para perupa muslim/muslimah sedang menggelar pameran seni rupa Islami “Marhaban ya Marhaban” 1446 H / 2025 M, di Galeri Neo, Jakarta Pusat. Guna menyambut dan merayakan bulan suci Ramadhan.

Di lantai 2 galeri yang luas itu, bertaburan ekpresi seni islami dari 15 perupa yang memuliakan asma Allah, menegakkan harkat perempuan, do’a untuk saudara-saudara Palestina yang sedang terjajah zionis, dan lain-lain, dalam bentuk kaligrafi, lukisan kaligrafi hingga instalasi kontemporer. Pameran yang diresmikan oleh cendekiawan muslim Prof. Komarudin Hidayat, mantan Rektor UIN dan UII, berlangsung 22 Februari- 9 Maret 2025.

“Sebagai satu kesatuan, 15 seniman dengan 42 karya ini menciptakan sejarah kecil dalam skala sejarah seni di Indonesia dengan menghadirkan berbagai keunikan, terobosan dan inovasi,” tutur Okky Madasari, selaku kurator. 

Baca Juga :  Ketoprak Retno Kencana Pukau Penonton di Teater Besar TIM
Yusuf Susilo Hartono Gelar Pameran Seni Rupa Islami bersama Perupa Muslim/Muslimah. (Cardi S).

Berbeda dengan yang lain, YSH yang dikenal sebagai perupa, jurnalis dan penyair, memajang tiga lukisan kaligrafi dengan medium akrilik pada kanvas berbagai ukuran. Dengan sumber ide yang berbeda-beda, mulai dari aspek eksistensi, kultural, hingga aspek kemanusiaan.

Dzikir Visual

Mari kita simak satu-persatu. Lukisan “Bulan Sabit di Palestina” (2025), warnanya mengacu pada bendera Palestina : merah, putih, hijau dan hitam. Ditambahkan warna emas (simbol keagungan) pada lafad “la haula wala quwwata illa billah”, dengan ekornya berbentuk bulan sabit. Menggambarkan imaji langit Gaza yang penuh dengan asap, api, darah, dan roh yang melayang, akibat hujan bom, peluru kendali, dan nafsu zionis Israel untuk menghabisi perempuan dan anak-anak Palestina yang tidak berdosa. Lukisan ini doa untuk kemerdekaan Pallestina.

Baca Juga :  Gelar Apresiasi Kreasi 'Setapak Perubahan Polri' untuk Ciptakan Ruang Digital yang Positif

Lukisan “Aku Berzikir Maka Aku Ada” (2025) meminjam cogeto ergo sum Descartes, visualnya tampil unik. Menggunakan elemen tasbih yang melingkar sebentuk imaji wajah, dan tulisan tulisan Hu Allah, menggantikan “bibir”, merepresentasikan dzikir (ingat) seorang hamba kepada Sang Pencipta, di sembarang tempat dan waktu. Dalam dunia sufi Hu Allah bermakna “satu-satunya Dia saja”. Hu berarti Allah itu sendiri.

Sedangkan lukisan *Yasin, maka Bergetarlah Bumi dan Langit* (2024/2025), diilhami
oleh kebiasaan tahlilan di kalangan sebagian umat Islam di Jawa, dengan aksesoris –sinkretisme — kembang dan tumpeng. Bagi yang percaya, ketika surat Yasin dilantunkan,   maka langit dan bumi terasa  bergetar.

Meski YSH bukan kaligrafer, dalam proses kreatif dan karya-karya lukisan dan puisinya, kental dengan nafas religius. Mulai tekun berkarya mulai 1980-an di Bojonegoro, Jawa Timur, dan tambah gigih saat hijrah ke Jakarta (1986) sampai sekarang. Pemegang kartu Wartawan Utama Dewan Pers 2017, itu menggelar pameran Retrospeksi 40 Tahun Berkarya : Among Jiwo, di Museum Nasional, 2022. Telah belasan kali pameran tunggal di berbagai tempat, diantaranya Galeri Nasional, Taman Ismail Marzuki (TIM), Pusat Kebudayaan Jepang, Balai Budaya, dan Bentara Budaya Jakarta. Finalis Philip Morris Art Award tahun 2000, pernah pameran bersama dengan banyak tokoh perupa Indonesia, diantaranya Basoeki Abdullah, Nashar, Daoed Joesoef, Hardi, GM.Sudarta, dan Ipe Maaroef.

Baca Juga :  Ancol Luncurkan Video Musik Anak-Anak Terbaru Berjudul "Antri"

Penulis : Cardi Santoso

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *